Kontak

Tulisan panjang yang mengalir bagaikan air, biasanya menjadi idaman penulis pemula. Meski begitu, upaya untuk mewujudkan hal itu terkadang tidak mudah.
Proses penulisan acap menemui kendala, saat bahan tulisan seret atau sedikit. Alhasil, membuat tulisan panjang hanya menjadi asa yang tak tergapai.
Untuk bisa membuat tulisan panjang, teknik menulis deskripsi perlu dicoba. Dan saran saya, jangan gunakan kata sifat.
Maksudnya, jika Anda hendak menggunakan kata sifat dalam tulisan Anda, sebaiknya Anda mencoba untuk mengubahnya menjadi sebuah deskripsi.
Memang, hal itu bukan berarti meniadakan seluruh kata sifat dalam tulisan Anda. Tetapi, Anda bisa meminimalisasi penggunaan kata sifat, dalam naskah yang Anda buat.
Artikel ini pun masih menggunakan kata sifat. Bahkan, kata sifat hadir pada judul. Meski begitu, penggunaan kata sifat tetap diminimalisasi.
Saya akan mencoba memberikan penjelasan lebih lanjut, melalui beberapa contoh di bawah ini.

Deskripsi Memperlihatkan Detail

Teknik menulis deskripsi, sepengetahuan saya, sebenarnya telah diajarkan di banyak kelas menulis. Begitu pula, saran untuk menghindari penggunaan kata sifat.
Karena dengan teknik deskripsi, tulisan mampu bercerita secara detail. Sementara, kehadiran kata sifat terkadang membuat tulisan menjadi nisbi.
Saya coba contohkan dengan kalimat berikut ini.
Wanita itu terlihat cantik.
Apa yang Anda bayangkan dari kalimat itu?
Seorang wanita dengan hidung mancung dan rambut pirang. Atau, seorang wanita dengan dagu lancip dan mata biru. Atau, seorang wanita dengan rambut hitam sepunggung dengan tinggi semampai.
Jika diteruskan, saya kira akan muncul banyak kata “atau” berikutnya.
“Cantik itu relatif,” kata seorang teman.
Dan bukan hanya cantik, kata sifat yang lain sebenarnya juga relatif. Ukuran jelas dalam kata sifat, sulit ditemukan.
Contohnya, kata “tinggi”. Apakah setinggi Monas atau setinggi jerapah?
Contoh lainnya, kata “cepat”. Apakah secepat jet tempur atau secepat kuda?
Begitulah, kepastian dalam kata sifat yang tidak mutlak.
Kembali ke contoh kalimat sebelumnya, Anda sebenarnya tak perlu memberikan penilaian bahwa wanita itu cantik. Anda cukup mendeskripsikan wanita itu. Biar pembaca yang menilai, apakah wanita itu cantik atau tidak, usai membaca tulisan Anda.
Saya coba ubah kalimat tersebut, dengan teknik deskripsi.
Wanita itu memiliki hidung yang mancung. Dua lesung pipit muncul di kedua pipinya, saat ia tersenyum. Ia membiarkan rambut hitamnya terurai hingga menyentuh bahu.
Wajahnya terlihat putih, meski tanpa riasan. Bibirnya pun tampak merah merona. Di dalam mulutnya, gigi putihnya tersusun rapi. Bola matanya hitam kecokelatan, dengan alis mata yang tebal.
Beberapa kalimat lain sebenarnya masih bisa ditambahkan, untuk mendeskripsikan wajah wanita itu.
Contoh tersebut memperlihatkan, satu kalimat berisi kata sifat, bisa diubah menjadi banyak kalimat melalui teknik deskripsi.
Sebab, teknik deskripsi memberikan paparan detail. Hasilnya, Anda bisa membuat sebuah tulisan panjang.

Mainkan Perasaan

Selain mampu memberikan detail, penggunaan teknik deskripsi yang sangat baik, bisa memainkan perasaan pembaca. Bahkan, pembaca bisa diajak seolah-olah berada dalam tulisan tersebut.
Beda halnya, jika kata sifat yang digunakan. Hal itu hanya akan “memberitahu” pesan, yang ingin disampaikan dalam sebuah tulisan.
Misalnya, saya berkata, “Rumah itu menyeramkan.” Apakah kemudian Anda langsung merasa takut? Belum tentu.
Tetapi, Anda tentunya paham pesan yang ingin saya sampaikan, lewat perkataan saya tersebut. Meskipun saat Anda melihat rumah yang saya maksud, Anda belum tentu merasa seram.
Saya coba ubah kalimat tersebut, dengan teknik deskripsi.
Waktu masih menunjukkan pukul 20.00 WIB, saat saya berdiri di depan sebuah rumah. Lampu lima watt menerangi teras rumah itu. Sementara di dalam rumah, saya hanya melihat cahaya kecil, dari sebuah kamar di lantai dua. Sebuah pohon beringin tampak menyembul dari halaman belakang rumah tersebut.
Pintu depan rumah itu berderit saat terbuka karena tertiup angin. Itu menjadi satu-satunya suara yang terdengar pada malam sunyi itu. Hatiku berdegup kencang, ketika mulai melangkah masuk ke dalam rumah.
Dua paragraf di atas memang belum menggambarkan suasana seram sepenuhnya. Beberapa penggambaran lebih lanjut masih diperlukan.
Tetapi setidaknya, hal itu memperlihatkan kekuatan teknik deskripsi. Di mana, penulis mengajak pembaca seolah-olah berada di dalam naskah. Pembaca seolah-olah mengalami hal seperti yang dituliskan.
Dengan dua contoh di atas, tulisan panjang yang mengalir bagaikan air, semoga tidak lagi hanya menjadi mimpi.

Komentar